BEBERAPA PRINSIP DAKWAH
Imam Al-Banna telah memberikan beberapa prinsip yang sangat berharga di dalam melaksanakan dakwah. Prinsip-prinsip ini dapat membantu kita dalam menghin-darkan diri dari berbagai bencana dalam dakwah serta dapat menyempurnakan tu-gas dakwah kita dengan sukses.
1. Menjauhi persoalan khilafiah
Pertama kita harus berpegang bahwa persatuan ummat adalah satu perkara yang dharuri. Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa perselisihan penda-pat adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Imam Al-Banna menjelaskan ten-tang penyebab perselisihan pendapat di kalangan mazhab, misalnya perbedaan kekuatan akal di dalam menggali hukum, perbedaan suasana masyarakat, perbe-daan penerimaan rawi hadits, dsb. Beliau bahkan menjelaskan bahwa ijma’ da-lam masalah furu’iah adalah sesuatu yang hampir mustahil.
Sikap kita dalam menghadapi khilafiah adalah saling memaafkan satu sama la-in.
“Para sahabat berselisih pendapat antara satu dengan yang lain di dalam memberikan fatwa, tetapi apakah perselisihan ini membawa perselisihan di dalam hati mereka? Apakah perselisihan ini memecahkan persatuan atau ikatan mereka? Contoh yang paling dekat adalah tidak adanya per-selisihan di antara mereka di dalam menentukan shalat Asyar di bani Quraiza.....”
Masalah ini bukan hanya terhadap khilafiah fiqih saja, melainkan juga ter-hadap perselisihan di antara jamaah-jamaah Islamiah hari ini. Mengenai perselisihan pendapat, Imam Al-Banna memberikan nasihat:
“Kita saling menolong dalam masalah-masalah yang kita setujui dan
saling memaafkan dalam masalah-masalah yang kita berbeda pendapat”
2. Tujuan adalah masalah yang pokok (usul) dalam kerja, dan amalan adalah sampingannya (furu’).
Ini merupakan prinsip yang sangat penting. Di dalam bekerja kita sering menekankan masalah pencapaian tujuan dan hal ini sudah menjadi kepastian. Namun dalam kegairahan kita bekerja dan beramal dalam jama’ah dan dakwah, kita sering terlupa akan tujuan utama kita bekerja---yaitu apakah matlamat dasar dakwah kita. Prinsip ini menegaskan kepada kita bahwa tujuan asal adalah yang menjadi pokok kerja kita, sementara cara-cara (perencanaan, penyusunan, strategi, dsb) adalah hasil matlamat asal kita.
Penyelewengan yang berlaku di dalam dakwah hari ini adalah usaha mementing-kan jama’ah ataupun organisasi melebihi dakwah, ataupun ta’asub yang kuat dengan usaha dan strategi masing-masing. Kesemuanya ini adalah akibat dari para du’at yang melupakan tujuan asal kita berada di medan dakwah.
3. Perlu menjaga masalah-masalah asasi dalam dakwah.
Di dalam kesibukan berdakwah, para da’i sering-sering lalai terhadap masalah-masalah dasar dalam dakwah. Di antara masalah-masalah itu adalah keikhlasan dalam beramal, hubungan dengan Allah SWT, hubungan dengan AlQur’an dan Sunnah, pembentukan keluarga, sensitifitas terhadap keperluan saudara maupun tetangga, dll.
Di antara masalah utama yang lain adalah pentingnya tarbiyah. Seorang Da’i, dalam peringkat manapun harus senantiasa dalam suasana tarbiyah dan pengo-kohan iman. Proses tarbiyah adalah adalah proses yang tak ada putusnya dan tak ada ujungnya.
3. Pandangan terhadap seruan-seruan lain
Imam Al-Banna menyebutkan tentang pandangan dakwah terhadap seruan-seruan lain seperti seruan wataniah (ketanahairan) dan qaumiah (nasionalisme). Pandangan beliau adalah bahwa seruan nasionalisme yang dapat diterima adalah seruan untuk membebaskan tanah air dari penjajahan. Wataniah yang diterima adalah wataniah yang berdasarkan ikatan aqidah.
Seandainya nasionalisme yang dimaksud adalah kebanggaan untuk mengikuti kebaikan-kebaikan generasi pendahulu ataupun nasionalisme untuk perjuangan demi dien Allah, maka itu adalah nasionalisme yang diterima. Namun bila nasionalisme ini bersifat jahiliyah, yaitu merasa tinggi dan congkak dengan keturunan sendiri ataupun nasionalisme yang mengajak kepada permusuhan dan memandang rendah kepada bangsa lain, maka ini adalah nasionalisme yang di-tolak.
Semuanya ini didasarkan atas pandangan Islam yang tidak menafikan keberada-an bangsa-bangsa, namun Islam menafikan permusuhan dan perasaan lebih tinggi satu bangsa di atas bangsa lain. Asas ketinggian hanynalah ketak-waan kepada Allah.
4. Jalan Yang Jauh
Setelah membicarakan keseluruhan jalan dakwah ini, Imam Al-Banna mengungkap-kan kata-kata berikut:
“Tetapi saya merasa terperanjat bila saya dapati bahwa hampir semuanya setuju bahwa jalan ini terlalu jauh sekalipun keberhasilannya mereka akui” Namun kita harus ingat bahwa:
“Hakikat hari ini adalah impian kemarin dan impian hari ini adalah hakikat
hari esok”
Perjuangan ini haruslah disertai dengan keyakinan yang mendalam akan perto-longan dan janji Allah. Perjalanan ini adalah perjalanan yang jauh dan dipenuhi dengan berbagai kesukaran dan ujian. Tiada kekuatan yang dapat mengarunginya kecuali hanya dengan kekuatan Allah saja. Imam Al-Banna selanjutnya menegaskan bahwa kita tidak mengenal kata putus asa dan lemah di dalam perjuangan ini. Beliau membawa kisah nabi Musa a.s. di dalam surat Al-Qasas sebagai contoh.
PENUTUP
“Demikianlah wahai saudara, apa yang ingin saya bicarakan dengan saudara mengenai dakwah kita, pembicaraan yang dapat saudara ta’birkan. Dan saudara adalah Yusuf yang mampu membuat penafsiran atas impian ini. Bila saudar tertarik melihat keadaan kami, maka letakkanlah tangan saudara bersama dengan tangan kami: kita beramal bersama-sama di atas jalan ini. Allah adalah wakil kita yang memberi taufik kepada kita dan saudara. Dialah tempat kita berserah, Dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong” (Hassan Al-Banna)
0 comments:
Post a Comment