Friday, July 29, 2011

KH RAHMAT ABDULLAH**Berdakwah menembus ruang dan waktu....

| |
0 comments


Oleh : Muhammad Syarief

Reformasi yang digulirkan pada tahun 1998 telah menjadi cahaya terang bagi umat Islam Indonesia. Azas tunggal yang selama beberapa dekade dijunjung tinggi lambat laun berhasil ditumbangkan, seiring bertambah cerahnya masa depan dakwah di tanah air. Hal ini takkan pernah terjadi tanpa adanya kerja keras yang melahirkan bibit-bibit unggulan. Satu hal yang menjadi catatan: bibit itu takkan pernah lahir tanpa adanya sosok seorang dai, yang tak mengenal letih dalam menyuarakan kebenaran. Di antara sosok itu adalah Ustad Rahmat Abdullah, sang juru dakwah yang pantang menyerah demi tegaknya Islam. Beliau lebih dikenal di kalangan aktivis dakwah sebagai syekh tarbiyah.

Beliau lahir di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pada 3 Juli 1953. Putra kedua dari empat bersaudara dari pasangan Abdullah dan Siti Rahmah. Sebagai anak Betawi, beliau lebih bangga apabila tanah kelahirannya disebut dengan Jayakarta, nama lain kota Jakarta yang diberikan oleh Pangeran Fatahillah. Belum puas menikmati kasih sayang sang ayah, beliau yatim saat usianya genap 11 tahun. Beliau hanya diwarisi percetakan sablon ayahnya, modal sekaligus sumber usaha untuk menyambung hidup keluarga. Namun Rahmat bukanlah remaja yang cengeng. Kesedihan yang menghampirinya tak menyurutkan semangat untuk mendalami ilmu agama. Waktu luang setiap pagi beliau manfaatkan untuk mengaji (belajar membaca Alquran, baca-tulis Arab, kajian akidah, akhlak, dan fikih) yang dilanjutkan dengan sekolah dasar di siang hari.Di era 60-an, Rahmat remaja termasuk aktivis demonstran anggota KAPPI & KAMI, yang lebih dikenal dengan angkatan 66. Padahal waktu itu beliau masih duduk di bangku SMP.Melihat kurangnya perhatian sekolah terhadap masalah agama, beliau kemudian pindah sekolah ke Ma’had Asy-Syafi’iyah di Bali, Matraman, Jakarta, yang didirikan oleh K.H. Abdullah Syafi’i. Di sini, kecerdasan Rahmat teruji. 


Setelah diterima di bangku kelas tiga MI, beliau kemudian ‘meloncat’ ke kelas lima. Saat itulah kali pertama beliau mengenal ilmu nahwu yang menjadi pelajaran favoritnya. Dengan ilmu itu, beliau akhirnya dapat memahami siaran radio berbahasa Arab “Shout Indonesia” yang disiarkan RRI saat itu. Selepas MI, Rahmat remaja melanjutkan studinya ke jenjang MTs di Ma’had yang sama. Di sini, beliau mulai belajar ushûlul fiqh, mushthalahul hadîts, psikologi, dan ilmu pendidikan. Namun, pelajaran yang beliau gemari adalah talaqqî, yang dibimbing langsung oleh K.H. Abdullah Syafi’i; sosok kiai karismatik yang memberikan banyak inspirasi. Pada saat itu juga, Rahmat muda pun mulai merintis dakwah, berkhidmah kepada umat dengan mengajar di Ma’had Asy-Syafi’iyah dan Darul Muqorrobin, Karet, Kuningan. Hal ini beliau jalani selama bertahun-tahun, berjalan kaki dari Bali Matraman ke Karet Kuningan. Tak jarang untuk memberikan les privat beliau pun harus melewati lorong-lorong Jakarta hingga larut malam. Namun keikhlasan senantiasa menyelimuti beliau, karena semangat dakwah sudah terpatri dalam dirinya.


 Rahmat seorang santri yang cerdas, bersemangat baja, dan pantang menyerah, sehingga wajar kalau beliau kemudian dijadikan murid kesayangan K.H. Abdullah Syafi’i. Hingga pada tahun 1980, beliau bersama empat rekannya yang lain, sempat akan diberangkatkan ke Kairo untuk menempuh studi di Universitas Al-Azhar. Namun sayang, kesempatan itu gagal, karena ada ‘fitnah’ dari kalangan internal. Namun semangat Rahmat untuk belajar sedikit pun tak mengendur. Sejak beliau diperkenalkan K.H. Abdullah Syafi’i dengan seorang syekh dari Mesir, mulalilah beliau tertarik dengan pemikiran tokoh-tokoh Islam. Hasan Al-Banna, Sayyid Qutub, dan tokoh nasional seperti H.O.S. Cokroaminoto dan Muhammad Natsir, merupakah tokoh-tokoh Islam yang beliau kagumi. Dalam waktu singkat beliau melahap buku-buku mereka dan tokoh-tokoh pergerakan lainnya. Beliau pun sempat berdiskusi dan berguru dengan tokoh nasional Muhammad Natsir, Mohammad Roem, dan Syafrudin Prawiranegara. Beliau pun mengaku mengadopsi metode orasi dari orator ternama Isa Ansari dan Buya Hamka, serta sang guru K.H. Abdullah Syafi’i.Kekaguman beliau kepada tokoh-tokoh mujahid itulah yang kemudian menjadikannya dai yang mempunyai keahlian luar biasa. Sebagian muridnya mengatakan beliau adalah tokoh yang unik, karena pemikirannya yang tidak hanya tertuju kepada skrip kitab-kitab klasik, tetapi juga terbuka dengan alur pemikiran kotemporer. Maka di sela-sela ceramahnya, kita pun menemukan perpaduan pemikiran klasik dan modern. Tak jarang kritikan tajam pun ia layangkan ke pemikiran kiri seperti Karl Marx.Keseriusan Rahmat dalam menggeluti dunia dakwah membuatnya lupa kalau usianya sudah menginjak kepala tiga. 


Akhirnya, di usianya yang ke 32, Rahmat mengakhiri masa lajangnya, dengan menikahi Sumarni, adik kelasnya ketika masih sekolah di Ma’had dulu. Pernikahan pun dilangsungkan pada tanggal 15 Ramadan 1405 H. (1984). Dari pernikahan ini, beliau dikaruniai tujuh orang anak.Sekalipun sudah berkeluarga, bukan halangan bagi Rahmat untuk terus berkiprah dalam dunia dakwah. Bersama Abu Ridho, Hilmi Aminudin, dan beberapa tokoh pemuda Islam pada saat itu, mereka tergabung dalam Harakah Islamiyah di era 80-an; halaqah dakwah yang terinspirasi dari pergerakan Al-Ikhwan Al-Muslimun yang didirikan Hasan Al-Banna. Inspirasi dakwah Hasan Al-Banna sebenarnya sudah lama menjadi acuan Rahmat Abdullah. Gayung pun bersambut. Beliau bertemu dengan rekan-rekannya yang seide dan sepemikiran. Bersama mereka, beliau berjuang melalui jalur pendidikan, kaderisasi, dan pengajian. Di wadah ini, Rahmat juga merintis sebuah majalah Islam yang banyak diminati pemuda Islam pada saat itu. Sayang, rezim orde baru yang berkuasa memaksa mereka untuk menutup segala aktivitas dakwahnya. Namun, hal itu tak menyurutkan semangat Rahmat untuk membuka lembaran baru di dalam dunia dakwah. Setelah lama berpetualang di dunia dakwah, bersama muridnya pada tahun 1993, Rahmat mendirikan Islamic Center Iqra’; lembaga Islam yang bergerak dalam pengembangan dunia pendidikan dan sosial, di Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat. Sejak saat itu kesibukannya bertambah padat, mengkaji kitab klasik dan juga kontemporer.



 Sekalipun demikian, beliau tidak lupa untuk terus mengembangkan potensi diri. Membaca, mengkaji Alquran dan tafsir, hadis beserta syarah terus beliau tekuni.Pasca runtuhnya rezim orde baru, beliau terjun dalam dunia politik. Mungkin tak terbersit sedikit pun di benaknya untuk berkecimpung di dunia itu. Namun untuk kelangsungan dakwah, tugas itu pun akhirnya diemban. Pada tahun 1999, beliau diamanahi sebagai Ketua Bidang Kaderisasi DPP Partai Keadilan—partai yang didirikannya bersama dengan rekan-rekan seperjuangannya, setelah lebih sepuluh tahun dirintis bersama, yang kemudian menjadi Partai Keadilan Sejahtera. Kemudian beliau beralih menjadi Ketua Majelis Syuro sekaligus Ketua Majelis Pertimbangan Partai Keadilan Sejahtera.Pada tahun 2004, karir politiknya kembali melejit. Beliau terpilih sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan Bandung, Jawa Barat. Dan pada pencalonan beliaulah pertama kalinya Bandung dimenangkan oleh partai Islam, sejak awal pemilu tahun 1955.Dai sekaligus budayawan. Itulah Rahmat Abdullah. Perjalanan hidupnya dalam menyelami lautan dakwah banyak beliau rangkai dalam untaian bait-bait syair, puisi, serta artikel-artikel kecil. Di kala muda, beliau kerap berlatih teater, bersama guru dan teman-teman seperjuangannya. Kepedulian beliau terhadap budaya memang tak boleh dipandang sebelah mata. Beliau mempunyai sumbangsih yang besar dalam proses islamisasi budaya (dakwah kultural) di tanah air. Dengan sahabat seperjuangannya, Abu Ridho (mantan wakil ketua MPP PK-Sejahtera), beliau memberikan warna baru dalam dinamika seni dan budaya Indonesia, tapi beliau tidak ingin disebut sebagai seorang seniman, sekalipun kemampuannya dalam hal seni tak diragukan.Dai, demonstran, budayawan, dan filosof ini akhirnya menduduki kursi ‘empuk’ DPR di komisi III. Bersuara lantang, kritis namun tetap sopan, itulah kesan yang didapat dari rekan-rekannya di Parlemen. Amanat di partai pun dengan penuh semangat beliau emban. Hingga di penghujung hayatnya, beliau diamanahkan sebagai Ketua Badan Penegak Organisasi Partai Keadilan Sejahtera.Ada yang datang dan ada yang pergi, itulah sunatullah. Selepas menyempurnakan wudlu untuk menunaikan salat Maghrib, beliau dipanggil menghadap Sang Khalik, Selasa, 14 Juni 2005. Beliau wafat pada usia 52 tahun. Umur yang tergolong muda untuk seorang politisi. Tidak seimbang memang dengan rambut kepala dan jenggotnya yang sudah memutih. Mujahid dari kampung Betawi ini wafat dengan meninggalkan istri dan tujuh orang anaknya.Kota Jakarta pun seakan menangis, mengucurkan hujan deras mengiringi kepergian beliau. Puluhan ribu muridnya tanpa kuasa menahan haru mengantarkan jenazahnya ke persemayaman terakhir. Syekh tarbiyah itu telah pergi, namun semangat dakwah yang diwariskan kepada murid-muridnya takkan memudar. Selamat jalan Ustad Rahmat…. Perjuangan yang telah lama engkau rintis ini, akan terus kami lanjutkan. 
(Sinai Mesir)


Sumber lain:-
tarbiyah-dzatiyah-kh-rahmat-abdullah
Read More

Rahsia Penawar dengan Tahajjud

| |
0 comments


“Dan pada sebagian malam bertahajjudlah dengannya sebagai tambahan bagimu.Mudah- mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji”. (Al Isra’: 79)
Mengapa Allah menyuruh kita bangun bangun di tengah malam untuk melaksanakan sholat tahajjud? Apa rahasia di balik perintah Allah tersebut? Apakah betul orang-orang yang bertahajjud di tengah malam akan diangkat Alllah ke tempat yang terpuji?
Sholat Tahajjud, Stress, dan Hormon Kortisol (Hormon Stress)
Siapa bilang ajaran dalam agama Islam hanya dogma & doktrin. Prof.Dr.Muhammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya, telah mampu membantah pandangan tersebut melalui desertasi yang ia pertahankan sehingga mendapatkan gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran pada program pasca sarjana Universitas Surabaya, dengan judul “Pengaruh Sholat Tahajjud terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik : Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi” , menyimpulkan jika anda melakukan sholat tahajjud secara rutin, benar gerakannya, ikhlas, dan khusyu’ niscaya anda akan terbebas dari penyakit infeksi dan kanker.
Hormon Kortisol Rendah
Desertasi ini melibatkan 41 responden siswa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dari 41 siswa, hanya 23 yang sanggup menjalankan sholat tahajjud selama 1 bulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan sholat tahajjud selama 2 bulan. Sholat tahajjud dimulai pukul 2.00 – 3.00 WIB sebanyak 11 roka’at, dengan dua roka’at sebanyak 4 kali dan ditutup sholat witir sebanyak 3 roka’at. Dan selanjutnya, hormon kortisol (hormon stress) dari 19 siswa tersebut diperiksa di 3 laboratorium di Surabaya (Pramitha, Prodia, dan Klinika).
Apa yang terjadi? Para siswa yang sholat tahajjud dengan rutin dan ikhlas berbeda dengan siswa yang tidak melaksanakan sholat tahajjud. Mereka yang melaksanakan sholat tahajjud tersebut memiliki kadar hormon kortisol yang rendah. Hal ini menandakan mereka memiliki ketahanan tubuh yang kuat dan kemampuan individu yang tangguh sehingga mampu menanggulangi masalah-masalah sulit dengan lebih stabil.
Hormon kortisol adalah salah satu hormon stress. Kadar hormon ini semakin meninggi ketika kita dalam keadaan stress. Dengan kadar hormon yang meninggi kita lebih mudah berbuat salah, sulit berkonsentrasi, dan daya ingat kita kurang baik. Hormon ini oleh pakar kesehatan dijadikan tolak ukur untuk tingkat/derajat stress seseorang. Makin stress seseorang, maka hormon kortisol semakin meninggi dalam darahnya. Hormon kortisol memiliki kadar tertinggi di waktu tengah malam hingga waktu pagi, terutama pagi-pagi sekali (normal di pagi hari berkisar 38-690 mmol/liter, sedangkan malamnya 69-345 mmol/liter).
Stress dan depresi menjadi penyakit yang lazim di zaman sekarang ini. Stress sebenarnya keadaan yang positif bagi kita jika digunakan dalam keadaan yang masih wajar. Jika berlebihan, maka kadar hormon adrenalin dan hormon kortisol akan meningkat sehingga mengganggu sistem kekebalan tubuh yang akhirnya kita mudah terkena infeksi, penyakit maag, asma, dan memperburuk penyakit degeneratif kronis (kanker, diabetes,rematik dan lain-lain).
Dengan sholat tahajjud yang dilakukan secara rutin, ikhlas, dan khusyu’ akan mampu menciptakan karakter baru serta tangguh bagi pelaksananya, sehingga kita akan memiliki persepsi dan motivasi yang positif yang nantinya akan terhindar dari stress. Mungkin itulah maksud firman Allah pada surah Al-Isra’ :79 di atas tentang diangkatnya para pelaksana sholat tahajjud ke tempat yang terpuji, Allahu’alam (Allah yang Maha Tahu).
Mengapa harus tengah malam?
Kata tahajjud terambil dari kata hujud yang berarti tidur. Kata Tahajjud dipahami oleh al-Biqai dalam arti tinggalkan tidur untuk melakukan sholat. Sholat ini juga dinamakan sholat lail/sholat malam, karena ia dilaksanakan di waktu malam yang sama dengan waktu tidur.
Apa rahasia bangun di tenah malam untuk sholat tahajjud? Hal ini telah dijawab Allah pada surah al-Muzzammil ayat 6-7, berbunyi :” Sesungguhnya bangun di waktu malam, dia lebih berat dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya bagimu di siang hari kesibukan yang panjang”.
Dari ayat tersebut ada 2 hal yang begitu mengesankan kita. Pertama, sengaja untuk bangun malam. Kedua, bacaan di malam hari memiliki efek dan dampak yang lebih mengesankan. Sengaja bangun malam hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki niat kuat. Niat yang kuat pasti didorong oleh motivasi yang kuat, sehingga pekerjaan tersebut akan dilakukan dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh. Apalagi sholat tahajjud adalah sholat sunnah, InsyaAllah orang yang melaksanakan sholat sunnah adalah orang yang memang punya niat yang ikhlas & motivasi yang kuat. Lain halnya dengan sholat wajib, terkadang kita melaksanakan sholat wajib hanya sekedar “gugur kewajiban”. Sholat tahajjud dilakukan harus setelah tidur (meskipun sebentar). Apa manfaatnya? Bangun tidur pasti pikiran kita lebih segar. Bayangkan dalam 1 hari, jantung kita berdetak 100.000 kali, darah kita mengalir melalui 17 juta mil arteri, urat darah halus dan juga pembuluh-pembuluh darah. Tanpa kita sadari rata-rata sehari kita berbicara 4.000 kata, bernafas sebanyak 20.000 kali, menggerakkan otot-otot besar sebanyak 750 kali, dan mengoperasikan 14 milyar sel otak.
Manusia perlu istirahat. Dan tidur adalah istirahat yang sangat baik menurut ilmu kesehatan. Dengan tidur berarti terjadi proses pemulihan sel tubuh, penambahan kekuatan dan otak kita kembali berfungsi dengan sangat baik. Tak heran jika Allah berkehendak agar sholat tahajjud dikerjakan setelah tidur. Dengan pikiran yang fresh akan membantu kita untuk lebih khusyu’ memaknai ayat-ayat Allah yang kita baca.
Bacaan di malam hari lebih mengensankan dibandingkan di siang hari, mengapa demikian? Orang yang hobinya break-breakan (ORARI), mereka lebih senang akan memilih berkomunikasi di malam hari kira-kira pukul 2.00 – 4.00, karena suara yang dihasilkan di waktu itu lebih cukup bagus dan jernih, walaupun daya jangkauannya sangat jauh. Berbeda dengan siang hari, suara breaker tidak begitu jelas karena banyak frekuensi yang mengganggu.
Ini menandakan, bangun di tengah malam dan bersholat tahajjud sangat baik untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Dan komunikasi yang kita lakukan semuanya berbasis pada pancaran energi. Penulis punya pengalaman menarik terhadap seseorang yang berumur paruh baya ketika berbicara dalam sebuah forum, di mana tutur katanya begitu santun didengar, wajahnya penuh percaya diri dan enak dipandang, memiliki karakter yang kuat untuk mempengaruhi orang yang berinteraksi dengannya. Pada sebuah kesempatan penulis bertanya : “Apa kira-kira rahasia kelebihan yang saudara miliki selama ini?”. Ia menjawab dengan singkat dan satun : “Disiplinkan diri dengan ber sholat tahajjud”.
Meditasi dan Tahajjud
Meditasi berarti keheningan, diam dan kesendirian. Keheningan muncul apabila pikiran sadar kita telah berhenti sepenuhnya.
John Kehoe, penulis buku terlaris “Mind Power” pernah melakukan tapa brata dengan menyingkirkan diri dari hiruk-pikuk dunia, kemudian menyepi di dalam hutan untuk melakukan meditasi. Hal ini ia lakukan untuk menembus batas kesadaran tertinggi atau lapisan terdalam pikiran bawah sadarnya melalui kesunyian dan pencarian diri.
Banyak dari mereka melakukan metode meditasi lewat relaksasi senam ringan, olah nafas, pergi ke tempat sunyi dengan menghidupkan kaset-kaset, CD pencerahan. Bahkan ada yang menggunakan aroma terapi wewangian, tak heran terlalu besar biaya yang dikeluarkan hanya untuk bermeditasi saja.
Padahal Allah telah memberikan jalan alternafif kepada kita pada 14 abad yang lalu untuk lebih dekat dengan-Nya lewat pelaksanaan sholat malam karena sholat adalah salah satu bentuk meditasi. Selama ini kita terjebak pada belenggu diri kita sendiri yang menjadikan sholat sebagai kewajiban semata, bukan sebuah kebutuhan, kalau tidak sholat akan masuk neraka, terkesan Tuhan yang membutuhkan kita.
Padahal untuk melakukan sholat tahajjud kita tak perlu ke hutan, mengasingkan diri, cukup bangun di tengah malam kemudian berwudhu (bersuci) secara sederhana menurut rukun dan syaratnya. Tak perlu biaya mahal, hanya perlu tempat, dan sajadah yang bersih.
Sumber lain:-
Read More

Wednesday, July 27, 2011

Pembuka Ketenangan Jiwa dan Kedamaian Hati dengan Istikharah

| |
0 comments
Sekadar gambar hiasan

Pertama sekali, marilah kita sama-sama beristighfar dan mengucap syukur di atas nikmat yang Allah berikan kepada kita berupa kemanisan iman dan islam. Dengan dua nikmat ini, Allah memberikan kita kebersihan hati dalam menilai segala perkara dan menenangkan kita terhadap musibah yang menimpa.

Sebagai permulaan, mari kita melihat dan merenung, apakah yang dimaksudkan dengan istikharah. Ianya hanyalah medium perantaraan antara kita dengan Allah, sedangkan natijah yang terhasil dari istikharah itu sendiri adalah pergantungan diri kita terhadap Allah. Istikharah merupakan salah satu cara yang Allah berikan kepada kita, sebagai salah satu medium kita berserah , tunduk kepadaNYA.
Isi terpenting pada istikharah adalah kepercayaan, keyakinan dan kebergantungan kita kepada Allah,itulah yang dimahukan dari istikharah. Bukanlah istikharah itu kita bergantung pada ruku’ dan sujud yang dilakukan , tetapi adalah tunduknya HATI pada segala ketentuan yang ALLAH telah aturkan.

Selain dari itu, istikharah tidak memperlihatkan masa depan kita, ianya hanyalah medium antara kita dan Allah, sebagai tanda kita betul-betul mengharapkan petunjukNYA dalam setiap perkara yang dilakukan.
Ada yang memahami, bahawa dengan istikharah , maka jawapan paling tepat adalah melalui mimpi. Tidak sekali-kali. Istikharah merupakan penyerahan penuh diri seorang hamba terhadap segala ketentuan Tuannya. Dan istikharah dilakukan setelah usaha secara optimum terhadap perkara yang ingin kita lakukan.

Sebagai contoh , dalam bab mencari jodoh, seseorang gadis didatangi seornag pemuda yang entah dari mana datangnya berjumpa dengan keluarganya, menyatakan hasrat di hati ingin memperisterikan gadis tersebut. Maka adalah menjadi tugas warisnya dan dirinya menyelidiki siapakah pemuda tersebut. Apakah benar baik agamanya , kedudukannya seperti yang diberitakan.
Maka perlu bagi warisnya atau diupah seseorang untuk pergi ke kawasan perumahan pemuda tersebut, bertanyakan jiran-jirannya, tentang akhlaknya, agamanya, pekerjaannya, sikapnya. Setelah selesai semua penyelidikan, maka perkara seterusnya, terserahlah pada gadis tersebut.
Di sinilah peri pentingnya istikharah, dalam menentukan bahawa keputusan yang diambil tidak berdasarkan kegopohan bahkan dari ketenangan hati.
Contoh kedua , apabila sedang dalam pertimbangan mencari sebuah rumah. Maka setelah segala usaha dibuat, diselidiki dan dibuat perbincangan, maka solat istikharah dilakukan, agar segala keputusan yang hadir benar-benar dari ketenangan hati.
Perbincangan , penelitian yang hadir  serta nasihat-nasihat yang diterima hasil dari perbincangan adalah satu satu cara  seseorang itu memohon istikhrah dari Allah.
Penyerahan kita pada Allah dalam menentukan hasil yang akan kita perolehi adalah setelah kita berusaha secara optimum sebelum dan selepas solat sunat istikharah.
Isi Terpenting Istikharah
Mengapa dalam pelbagai hal, perlu kita istikharah?
Apakah tidak boleh terus sahaja kita melakukan hal tersebut?
Kita tidak menafikan bahawasanya kita mempunyai akal yang diberikan dengan penuh kesempurnaan, tetapi kesempurnaan akal dalam berfikir punyai hijab yang kita tidak boleh menyingkapnya, itulah perkara akan datang.
Keterbatasan akal merupakan salah satu kekurangan yang akal punyai, dan kekurangan ini perlu ditampung dengan sesuatu, agar kelak kemudian, ianya menjadi suatu kesempurnaan.
Inilah yang dimahukan Tuhan Yang Mencipta, Allah, yang Maha Bijaksana, Dia memberikan manusia sesuatu tetapi tidak memberikannya sepenuhnya, agar manusia kembali kepadanya.

Oleh itu, ingatkan kamu kepadaKU (dengan mematuhi hukum dan undang-undangKU) supaya aku membalas kamu dengan kebaikan dan bersyukurlah kamu kepadaKU dan janganlah kamu kufur (akan nikmatKU) (152)
Wahai sekalian orang-orang yang beriman ! Mintalah pertolongan dengan jalan sabar dan dengan sembahyang kerana sesungguhnya Allah menyertai (menolong) orang-orang yang bersabar (153) (Sapi Betina -Albaqarah)

Bila Mahu Dilakukan?
Imam Bukhari;
Mahfum Hadis: Dari Jabir ra., ia berkata: “Nabi pernah mengajarkan kepada kami Istikharah dalam berbagai urusan, seperti mengajarkan sebuah surah dalam Al Quran. Kalau seseorang dari kamu menghendaki sesuatu, maka hendaklah ia solat dua rakaat, kemudian berdoa:
Ya Allah! Aku mohon pemilihan Mu menerusi pengetahuan Mu dan aku mohon kekuatan Mu menerusi kudrat Mu serta aku minta pada Mu sebahagian dari limpah kurnia Mu yang sangat besar. Sesungguhnya Engkau amat berkuasa sedangkan aku tidak berkuasa, Engkau amat mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan sesungguhnya Engkau amat mengetahui segala yang ghaib. Ya Allah kiranya Engkau mengetahui bahawa perkara ini adalah baik bagiku dalam urusan agama ku juga dalam urusan penghidupan ku serta natijah pada urusan ku, kini dan akan datang, maka tetapkan lah ia bagi ku dan permudahkanlah ia untukku, serta berkatilah daku padanya. Dan kiranya Engkau mengetahui bahawa perkara ini  membawa kejahatan kepadaku dalam urusan agamaku, juga dalam urusan penghidupanku dan natijah urusanku, kini dan akan datang, maka elakkanlah ia dariku dan tetapkanlah kebaikan untukku sebagaimana sepatutnya, kemudian jadikanlah daku meredhainya.

Mengapa Solat?
Kerana solat itu penghubung antara hamba dan Tuannya.
Di dalam solat itulah terdapat saat Allah paling dekat dengan hambaNYA, itulah sujud.
Dengan solat, seseorang boleh mengadu kepada Tuhannya seperti seorang anak mengadu kepada ibunya.
Kasih sayang Tuhan, melebihi kasih sayang seorang ibu.
Dengan solat juga, ianya peluang dan saat mengingati Tuhan paling maksimum.
Setiap tindakan , ruku’ , i’tidal, sujud , berdiri , tahiyyat, semuanya memuji-muji Allah, penguasa sekelian Alam.
Maka benarlah, solat itu pengubat hati yang bergelora, hati yang gersang dengan kasih sayang, hati yang memerlukan bimbingan, maka solatlah, ianya punca kedamaian dan ketenangan.

Sumber lain:-
Read More

Tuesday, July 26, 2011

Konsert Ana For Gaza

| |
0 comments

Rabbani menganjurkan Konsert Ana For Gaza diadakan secara percuma di Stadium Kajang pada 30 Julai ini, pukul 8.30 malam. - Foto YAP CHEE HONG
HALAMAN HIBURAN
PETALING JAYA 23 Jul 11: Konsert anjuran Rabbani Productions Sdn Bhd dan Ana Edar Sdn Bhd akan diadakan secara percuma di Stadium Kajang pada 30 Julai ini, pukul 8.30 malam. Biarpun diadakan secara percuma, sepanjang persembahan ini berlangsung, tabung-tabung bagi mengutip dana bantuan ke Gaza akan diedarkan di kalangan penonton yang hadir pada malam itu.
“Saya yakin dengan adanya persembahan percuma, penyertaan konsert ini akan lebih mendapat sambutan daripada penonton kerana dalam satu konsert amal yang diadakan sebelum ini pernah dihadiri lebih 15,000 penonton dan mengumpul RM40,000,” tutur Azadan Abd Aziz, salah seorang anggota Rabbani.
Selain nyanyian, konsert yang berlangsung selama dua jam itu akan mempersembahkan sketsa, deklamasi puisi dan sajak serta penceritaan pengalaman dan perasaan para sukarelawan misi bantuan keamanan ke Gaza yang diserang rejim Zionis baru-baru ini.
Turut diadakan adalah Karnival Ana For Gaza pada 29, 30 dan 31 Julai mulai pukul 8.30 pagi hingga 12 tengah malam di tempat yang sama. Pelbagai acara yang diadakan oleh penganjur seperti gerai jualan, forum perdana, pertandingan nasyid piala Rabbani, pertandingan mewarna, pertandingan azan, pidato, paint ball, spell it right dan pertandingan menembak.
Menurut artis atau penasyid itu lagi,
“Kami memilih kelompok artis yang sama seperti artis nasyid untuk melakukan persembahan secara bersama kerana lebih mudah untuk menjayakan sesuatu konsert itu.
“Lagipun, kebiasaannya dalam perbincangan pemilihan artis, kami akan utamakan permintaan pihak penaja dan mengikut cadangan mereka,” katanya semasa sidang media Konsert Ana For Gaza dan berbuka puasa bersama Rabbani di Hotel Singgahsana, di sini.
Jelas Azadan lagi, mereka terbuka untuk menerima sesiapa sahaja tidak mengira artis lama atau artis baru asalkan mampu menarik ramai penonton ke sesebuah konsert. Seperti sebelum ini, Rabbani sekali lagi bergandingan dengan barisan artis yang sama iaitu penyanyi Aishah, kumpulan Saujana, kumpulan Nowseeheart, penceramah Datuk Siti Norbahyah Mahmud dan Datuk Dr Ibrahim Ghaffar.
“Kalau boleh kami mahu menghimpunkan ramai artis dan mengajak kelompok artis pop, rock dan nasyid.
“Tetapi untuk konsert kali ini kita gabungkan artis nasyid untuk bantuan kemanusiaan kepada mangsa Gaza,” ujar Azadan lagi.
Sempena dengan pengumuman Rabbani sebagai Duta produk Ana Edar Sdn Bhd, turut diadakan majlis pelancaran produk terbaru keluaran syarikat tersebut iaitu susu kambing segera Power Goat. Selain Rabbani, artis jemputan yang turut hadir memeriahkan majlis adalah Raihan, Inteam, Saujana dan Nowseeheart.
Dalam pada itu, Rabbani turut mengajak orang ramai untuk berbuka puasa di Dewan Putri, Hotel Singgahsana sepanjang bulan Ramadan ini. Harga seorang adalah RM65 untuk dewasa, 30 peratus diskaun untuk kanak-kanak 7 hingga 12 tahun dan warga emas. Bagi setiap lima orang pengunjung bakal mendapat satu baucar berbuka puasa percuma.
Diskaun 50 peratus turut diberikan kepada pengunjung yang hadir pada 1,2 dan 3 Ramadan. Untuk tempahan, hubungi 03-79562100. (IH)



Read More

Wednesday, July 20, 2011

PERSOALAN HIDUP

| |
0 comments


Perlu kita perhatikan tiga persoalan asas yang berkaitan dengan seluruh kehidupan kita. Persoalan-persoalan tersebut ialah:

1. Dari manakah kita datang?
2. Mengapakah kita didatangkan?
3. Kemanakah kesudahan kita?

Untuk mencari jawapan-jawapan yang tepat maka perlulah kita merujuk kepada apa telah dinyatakan oleh Allah S.W.T. di dalam al-Quran al-Karim.


++Persoalan Pertama++

Dari mana kita datang?

Jawapannya kita dapati dari Firman Allah S.W.T.:

"Wahai sekelian manusia! Jika kamu masih ragu-ragu terhadap hari qiamat sesungguhnya Kami (Allah S.W.T.) telah jadikan kamu dari tanah, kemudian daripada air mani dan mani menjadi darah sampai ia menjadi sepotong daging yang telah sempurna kejadiannya dan yang belum sempurna, supaya Kami beri keterangan kepada kamu dan Kami tetapkan di dalam kandungan (rahim) ibu mengikut kehendak Kami, sampailah waktu tertentu maka Kami keluarkan kamu dari kandungan ibumu menjadi kanak-kanak kemudian sampai kamu menjadi orang dewasa. Di antara kamu ada orang yang dimatikan dan ada yang dipanjangkan hidupnya sampai terlalu tua hingga tidak dapat mengetahui apa-apa sedangkan sebelumnya kamu mengetahui."
- Surah al-Hajj: ayat 5.

Dengan meneliti ayat tersebut dapatlah kita ketahui dari manakah
datangnya kita dan terjawablah persolan tersebut.



++Persoalan Kedua++

Mengapa kita didatangkan atau mengapa kita dijadikan oleh Allah S.W.T.?
 

Jawapan kepada persoalan ini terdapat di dalam Firman Allah S.W.T.:

"Tidak Aku (Allah) jadikan jin dan manusia melainkan untuk
mengabdikan diri kepada-Ku."
- Surah az-Zariyat: ayat 56.


Para ulama' muktabar telah menghuraikan pengertian ibadah itu dengan panjang lebar yang mana perkataan ibadah ada kesyumulannya (kesempurnaannya) dan mempunyai runag lingkup yang luas, tidak semata-mata terhad kepada fardhu solah, puasa, zakat dan haji semata-mata, bahkan tugas dan kewajipan kita di dunia ini adalah beribadah dan memperhambakan diri kepada Allah S.W.T. berdasar Firman-Nya tersebut.

"Untuk menepati kehendak ibadah dalam seluruh hidup ini maka setiap perbuatan yang kita lakukan itu mestilah semata-mata kerana Allah S.W.T. serta mengikut betul-betul arahan yang telah disampaikan oleh Rasulullah S.A.W.."

Jika demikian segala makanan, minuman, pelajaran, pekerjaan, pendidikan jasmani, perkahwinan dan mendidik anak adalah merupakan jalan-jalan atau faktor-faktor yang membantu kita untuk taatkan Allah S.W.T. serta teguh beribadah kepada-Nya. Juga menjadikan kita bertaqarrub (menghampirkan diri) kepada Allah S.W.T.. Ini bermakna rumah,sekolah, kilang,pejabat,sawah ladang, padang permainan, gedung perniagaan dan sebagainya adalah medan beribadah. Bahkan seluruh bumi Allah S.W.T. ini merupakan 'masjid', tempat menunaikan ibadah dalam realiti kehidupan.

Sehubungan dengan itu Syaikh al-Islam IbnTaimiyyah telah menyatakan bahawa: "Setiap perkara yang telah Allah S.W.T. perintahkan hamba-hamba-Nya melaksanakan adalah dikira sebagai ibadah. Ibadah yang meliputi apa sahaja yang diredhai oleh Allah S.W.T. sama ada tutur kata, perbuatan dan tingkah laku."

Prof. Dr. Yusuf Qaradhawi menyatakan di dalam bukunya, al-'Ibadah Fi al-Islam, bahawa: "Sesungguhnya beribadah kepada Allah S.W.T. tidaklah terhad kepada mengerjakan solah, puasa, zakat dan haji dan perkara yang berkaitan dengannya seperti tilawah al-Quran, zikir, berdoa, beristighfar dan sebagainya sahaja sebagaimana fahaman sesetengah golongan Islam (yang mendakwa Islam). Ramai yang telah menyangka bahawa apabila mereka telah menunaikan fardhu-fardhu dan syiar-syiar yang tersebut bererti mereka telah manyempurnakan hak Allah S.W.T. terhadap mereka sepenuhnya. Mereka menyangka sudah selesai ditunaikan kewajipan 'Ubudiyyah terhadap Allah S.W.T.. Padahal tanggapan tersebut meleset daripada hakikatnya yang sebenar".

Beliau membuat penjelasan lagi bahawa:"Tidaklah dikira ibadah kepada Allah S.W.T. jika seseorang itu berfahaman: Aku solah, aku berpuasa, aku berzakat dan aku menunaikan haji tetapi aku bebas makan daging babi, minum arak, makan riba, berjudi serta menolak hukum-hukum syariat Allah S.W.T. yang tidak sesuai dengan pandanganku. Juga tidak dikira ibadah kepada Allah S.W.T. bagi orang yang menganggap ibadahnya hanya berada ketika di kawasan masjid, tetapi apabila ia keluar dari masjid dan mencebur diri dalam bidang-bidang kehidupan lain dia menjadi hamba kehendak dirinya, bebas mengikut kehendak hawa nafsunya dengan tidak menghiraukan hukum-hukum Allah S.W.T."

Oleh kerana itu maka setiap orang yang terkeliru mesti memperbetulkan fahamannnya kembali mengenai Islam dan ibadah kepada Allah S.W.T..

Semoga seluruh kehidupannya berada dalam keredhaan Allah S.W.T..
Cukuplah bagi seseorang Muslim itu berfikir bahawa ia adalah Khalifah Allah S.W.T. di muka bumi ini untuk menjalankan tugas dan arahan Allah S.W.T. serta melaksanakan kewajipan ber'ubudiyyah kepada Allah S.W.T. semat-mata. Memadai ia berbuat demikian untuk mencorakkan segala jenis amalannya dengan corak Islam hinggalah segala perkataan, perbuatan dan diamnya itu ibadah kepada Allah S.W.T..

Menurut al-Qaradhawi lagi bahawa ibadah itu merangkumi dua tugas
besar yang menjadi teras bagi semua perkara yang tersebut sebelum ini. Tugas tersebut ialah:

1. Menyeru kepada kema'rufan dan mencegah daripada kemunkaran.
2. Berjihad ke jalan Allah S.W.T..

Menurut huraian asy-Syahid Sayyid Qutb bahawa kerja-kerja menyuruh kepada ma'ruf serta mencegah daripada munkar tidak boleh dipandang ringan. Umat ini tidak berjaya selagi ma'ruf tidak tertegak sebagai ma'ruf dan munkar tidak dimusnahkan sebagai munkar. Untuk melaksanakan tugas yang besar itu maka perlulah kepada pembentukan Ummah. Ummah
yang tertegak atas dasar Iman kepada Allah S.W.T. dan Persaudaraan kerana Allah S.W.T. agar hukum-hukum Allah S.W.T. terlaksana, kerja-kerja ma'ruf berjalan dengan senang, kebenaran mengatasi kepalsuan, kebaikan sentiasa disokong dan kemungkaran sentiasa di tentang. Untuk sampai kepada ummah Islam sedemikian maka jihad yang berterusan diperlukan dan mengikuti jalan-jalan yang betul sebagaimana yang telah digariskan oleh Rasulullah S.A.W.


++Persoalan Ketiga++

Kemanakah kesudahan kita??

Persoalan ini tidak memerlukan huraian yang panjang kerana setiap orang yang menyedari asal-usulnya serta mengetahui tugas kewajipannya, maka InsyaAllah ia akan menyedari pula ke manakah kesudahannya. Walaupun demikian jawapannya tetap telah dinyatakan oleh Allah S.W.T. dalam FirmanNya:

"Sesungguhnya kepada Tuhan (Allah) kesudahan kamu (tempat kembali). Dialah yang membuatkan kamu tertawa dan Dia juga yang membuatkan kamu menangis. Dialah yang mematikan kamu dan menghidupkan kamu kembali."
- Surah an-Najm: ayat 42-44.


Wallahua'lam.
Read More

Thursday, July 14, 2011

Pemberontakan Dalam Islam

| |
0 comments

Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah RasulNya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya [An-Nisa : 59]



A. Menurut Ulama Hanafiyah.

... البغي … الخروج عن طاعة إمام الحق بغير حق و الباغي … الخارج عن طاعة إمام الحق بغير حق...
حاسية ابن عابدين ج: 3 ص: 426 – شرح فتح القدير ج: 4 ص: 48 )

"Al-Baghy[u] (pemberontakan) adalah keluar dari ketaatan kepada imam (khalifah) yang haq (sah) dengan tanpa [alasan] haq. Dan al-baaghi (bentuk tunggal bughat) adalah orang yang keluar dari ketaatan kepada imam yang haq dengan tanpa haq.” (Hasyiyah Ibnu Abidin, III/426; Syarah Fathul Qadir, IV/48).

B. Menurut Ulama Malikiyah

... البغي ... الإمتناع عن طاعة من ثبتت إمامته في غير معصية بمغالبته ولو تأويلا ...
... البغاة ... فرقة من المسلمين خالفت الإمام الأعظم أو نائبه لمنع حق وجب عليها أو لخلفه...
شرح الزرقاني و حاشية الشيبان ص: 60)

Al-Baghy[u] adalah mencegah diri untuk mentaati orang yang telah sah menjadi imam (khalifah) dalam perkara bukan maksiat dengan menggunakan kekuatan fisik (mughalabah) walaupun karena alasan ta`wil (penafsiran agama)…
Dan bughat adalah kelompok (firqah) dari kaum muslimin yang menyalahi imam a’zham (khalifah) atau wakilnya, untuk mencegah hak (imam) yang wajib mereka tunaikan, atau untuk menggantikannya.” (Hasyiyah Az-Zarqani wa Hasyiyah Asy-Syaibani, hal. 60).

C. Menurut Ulama Syafi’iyah


... البغاة ... المسلمون مخالفو الإمام بخروج عليه و ترك الانقياد له أو منع حق توجه عليهم بشرط شوكة...
لهم و تأويل و مطاع فيهم ( نهاية المحتاج ج: 8 ص: 382 ؛ المهذب ج: 2 ص: 217 ؛ كفاية الأخيار
ج: 2 ص: 197 – 198 ؛ فتح الوهاب ج: 2 ص: 153 )

Bughat adalah kaum muslimin yang menyalahi imam dengan jalan memberontak kepadanya, tidak mentaatinya, atau mencegah hak yang yang seharusnya wajib mereka tunaikan (kepada imam), dengan syarat mereka mempunyai kekuatan (syaukah), ta`wil, dan pemimpin yang ditaati (muthaa’) dalam kelompok tersebut.” (Nihayatul Muhtaj, VIII/382; Al-Muhadzdzab, II/217; Kifayatul Akhyar, II/197-198; Fathul Wahhab, II/153).

... هم الخارجون عن طاعة بتأويل فاسد لا يقطع بفساده إن كان لهم شوكة بكثرة أو قوة و فيهم مطاع...
( أسنى المطالب ج: 4 ص: 111 )

Bughat adalah orang-orang yang keluar dari ketaatan dengan ta`wil yang fasid (keliru), yang tidak bisa dipastikan kefasidannya, jika mereka mempunyai kekuatan (syaukah), karena jumlahnya yang banyak atau adanya kekuatan, dan di antara mereka ada pemimpin yang ditaati.” (Asna Al-Mathalib, IV/111).

Jadi menurut ulama Syafi’iyah, bughat itu adalah pemberontakan dari suatu kelompok orang (jama’ah), yang mempunyai kekuatan (syaukah) dan pemimpin yang ditaati (muthaa’), dengan ta`wil yang fasid (Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jina`i Al-Islamiy, II/674)

D. Menurut Ulama Hanabilah

... البغاة ... الخارجون عن إمام ولو غير عدل بتأويل سائغ و لهم شوكة ولو لم يكن فيهم مطاع..
( شرح المنتهى مع كشاف القناع ج: 4 ص: 114 )

Bughat adalah orang-orang memberontak kepada seorang imam --walaupun ia bukan imam yang adil-- dengan suatu ta`wil yang diperbolehkan (ta`wil sa`igh), mempunyai kekuatan (syaukah), meskipun tidak mempunyai pemimpin yang ditaati di antara mereka.” (Syarah Al-Muntaha ma’a Kasysyaf al-Qana’, IV/114).

E. Menurut Ulama Zhahiriyah

... بأنهم ينازعون الإمام العادل في حكمه فيأخذون الصدقات و يقيمون الحدود
( ابن حزم , المحلى ج: 12 ص: 520 )

Bughat adalah mereka yang menentang imam yang adil dalam kekuasaannya, lalu mereka mengambil harta zakat dan menjalankan hudud” (Ibnu Hazm, Al-Muhalla, XII/520).

... البغي هو الخروج على إمام حق بتأويل مخطىء في الدين أو الخروج لطلب الدنيا
( ابن حزم , المحلى ج: 11 ص: 97 - 98 )

Al-Baghy[u] adalah memberontak kepada imam yang haq dengan suatu ta`wil yang salah dalam agama, atau memberontak untuk mencari dunia.” (Ibnu Hazm, Al-Muhalla, XI/97-98).

F. Menurut Ulama Syiah Zaidiyah

... الباغي ... من يظهر أنه محق و الإمام مبطل و حاربه أو غرم وله فئة أو منعة أو قام بما أمره للإمام...
( الروض النضير ج: 4 ص: 331 )

Bughat adalah orang yang menampakkan diri bahwa mereka adalah kelompok yang haq sedang imam adalah orang yang batil, mereka memerangi imam tersebut, atau menyita hartanya, mereka mempunyai kelompok dan senjata, serta melaksanakan sesuatu yang sebenarnya hak imam.”(Ar-Raudh An-Nadhir, IV/331). 


Dengan mengkaji nash-nash syara’ tersebut, dapat disimpulkan ada 3 (tiga) syarat yang harus ada secara bersamaan pada sebuah kelompok yang dinamakan bughat, yaitu :
  1. pemberontakan kepada khalifah/imam (al-khuruj ‘ala al-khalifah),
  2. adanya kekuatan yang dimiliki yang memungkinkan bughat untuk mampu melakukan dominasi (saytharah),
  3. mengggunakan senjata untuk mewujudkan tujuan-tujuan politisnya (Al-Maliki, 1990:79; Haikal, 1996:63).

    Syarat pertama, adanya pemberontakan kepada khalifah (imam) (al-khuruuj ‘ala al-imam). Hal ini bisa terjadi misalnya dengan ketidaktaatan mereka kepada khalifah atau menolak hak khalifah yang mestinya mereka tunaikan kepadanya, semisal membayar zakat. Syarat pertama ini, memang tidak secara sharih (jelas) disebutkan dalam surah Al-Hujurat ayat 9 :

    وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ ...

    Dan jika dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya (zalim) maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah ...” (QS Al-Hujurat [49]:9)

    Syarat kedua, mempunyai kekuatan yang memungkinkan kelompok bughat untuk mampu melakukan dominasi. Kekuatan ini haruslah sedemikian rupa, sehingga untuk mengajak golongan bughat ini kembali mentaati khalifah, khalifah harus mengerahkan segala kesanggupannya, misalnya mengeluarkan dana besar, menyiapkan pasukan, dan mempersiapkan perang (Kifayatul Akhyar, II/197). Kekuatan di sini, sering diungkapkan oleh para fuqaha dengan istilah asy-syaukah, sebab salah satu makna asy-syaukah adalah al-quwwah wa al-ba`s (keduanya berarti kekuatan) (Al-Mu’jamul Wasith, hal. 501). Para fuqaha Syafi’iyyah menyatatakan bahwa asy-asyaukah ini bisa terwujud dengan adanya jumlah orang yang banyak (al-katsrah) dan adanya kekuatan (al-quwwah), serta adanya pemimpin yang ditaati (Asna Al-Mathalib, IV/111).

    Syarat kedua ini, dalilnya antara lain dapat dipahami dari ayat tentang bughat (QS Al Hujurat:9) pada lafazh وَإِنْ طَائِفَتَان ...ِ (jika dua golongan...). Sebab kata طَائِفَةٌ artinya adalah اَلْجَمَاعَةُ (kelompok) dan اَلْفِرْقَةُ (golongan) (Al-Mu’jamul Wasith, hal. 571). Hal ini jelas mengisyaratkan adanya sekumpulan orang yang bersatu, solid, dan akhirnya melahirkan kekuatan. Maka dari itu, Taqiyuddin Al-Husaini dalam Kifayatul Akhyar (II/198) ketika membahas syarat “kekuatan”, beliau mengatakan,”...jika (yang memberontak) itu adalah individu-individu (afraadan), serta mudah mendisiplinkan mereka, maka mereka itu bukanlah bughat.” Dengan demikian, jika ada yang memberontak kepada khalifah, tetapi tidak mempunyai kekuatan, misalnya hanya dilakukan oleh satu atau beberapa individu yang tidak membentuk kekuatan, maka ini tidak disebut bughat.

    Syarat ketiga, mengggunakan senjata untuk mewujudkan tujuan-tujuannya. Para fuqaha mengungkapkan syarat penggunaan senjata dengan istilah man’ah, atau terkadang juga dengan istilah asy-syaukah, karena asy-syaukah juga bisa berati as-silaah (senjata). Man’ah (boleh dibaca mana’ah) memiliki arti antara lain al-‘izz (kemuliaan), al-quwwah (kekuatan), atau kekuatan yang dapat digunakan seseorang untuk menghalangi orang lain yang bermaksud [buruk] kepadanya (Al-Mu’jamul Wasith, hal. 888).

    Dalil syarat ketiga terdapat dalam ayat tentang bughat (QS Al Hujurat : 9), yaitu pada lafazh اقْتَتَلُوا (kedua golongan itu berperang). Ayat ini mengisyaratkan adanya sarana yang dituntut dalam perang, yaitu senjata (as-silaah). Selain dalil ini, ada dalil lain berupa hadits di mana Nabi SAW bersabda :

    مَنْ حَمَلَ عَلَيْنَا السِّّلاحَ فَلَيْسَ مِنّاَ ( متفق عليه عن ابن عمر )

    Barangsiapa yang membawa senjata untuk memerangi kami, maka ia bukanlah golongan kami.” (Shahih Bukhari No. 6366, Shahih Muslim No. 143. Lihat Bab Qitaal Ahl Al-Baghi, Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, III/257. Lihat juga hadits ini dalam Kitab Qitaal Ahl Al-Baghi, Imam Asy-Syirazi, Al-Muhadzdzab, II/217).

    Atas dasar syarat-syarat itulah, Syaikh Abdurrahman Al-Maliki, dalam kitabnya Nizham Al-Uqubat, hal. 79, mendefinisikan bughat sebagai berikut :

    ... هم الذين خرجوا على الدولة الإسلامية و لهم شوكة و منعة أي هم الذين شقوا عصا الطاعة على الدولة و شهروا في وجهها السلاح و أعلنوا حربا عليها ...

    Orang-orang yang memberontak kepada Daulah Islamiyah (Khilafah), yang mempunyai kekuatan (syaukah) dan senjata (man’ah). Artinya, mereka adalah orang-orang yang tidak mentaati negara, mengangkat senjata untuk menentang negara, serta mengumumkan perang terhadap negara.” (Al-Maliki, 1990:79).



Nash-nash hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan mentaati waliyul amri adalah ketaatan dalam perkara ma’ruf bukan dalam perkara maksiatMereka tidak boleh mentaati penguasa jika mereka diperintahkan berbuat MAKSIAT. Akan tetapi mereka tidak boleh memberontak penguasa karenanya. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Artinya : Seorang muslim wajib patuh dan taat (kepada umara’) dalam saat lapang maupun sempit, pada perkara yang disukainya ataupun dibencinya selama tidak diperintah berbuat maksiat, jika diperintah berbuat maksiat, maka tidak boleh patuh dan taat”.
Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau menyebutkan bahawa akan ada penguasa yang didapati padanya perkara ma’ruf dan kemungkaran :"Wahai Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami ?” Beliau menjawab : “Tunaikanlah hak-hak mereka dan mintalah kepada Allah hak-hak kamu”.
Ubadah bin Shamit Radhiyallahu ‘anhu menuturkan : “Kami memba’iat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar kami tidak merampas kekuasaan dari pemiliknya” Beliau melanjutkan : “Kecuali kalian lihat pada diri penguasa itu kekufuran yang nyata dan kamu memiliki hujjah atas kekufurannya dari Allah [Al-Qur'an dan As-Sunnah]“
Hal itu menunjukkan larangan merampas kekuasaan waliyul amri dan larangan memberontak mereka kecuali terlihat pada diri penguasa itu kekufuran yang nyata dan terdapat hujjah atas kekufurannya dari Allah (Al-Qur’an dan As-Sunnah). Karena pemberontakan terhadap penguasa akan menimbulkan kerosakan yang lebih parah dan kejahatan yang lebih besar sehingga keamanan negara akan berada dalam bahaya, hak-hak akan tersia-siakan, pelaku kejahatan (Penjenayah) tidak dapat ditawan, orang-orang yang dizalimi tidak dapat bantu dan lain-lain. Jelaslah bahwa memberontak penguasa akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar. Kecuali jika kaum muslimin melihat kekafiran (KEJAHILAN) yang nyata pada diri penguasa tersebut dan terdapat hujjah atas kekufurannya dari Allah (Al-Qur’an dan As-Sunnah), mereka dibolehkan memberontak penguasa tersebut dan menggantikannya jika mereka mempunyai kemampuan. Akan tetapi, jika mereka tidak memiki kemampuan, mereka tidak boleh mengadakan pemberontakan. Atau jika pemberontakan akan menimbulkan kerosakan yang lebih besar, mereka tidak boleh melakukannya demi menjaga kemaslahatan umum. Kaedah syar’i yang disepakati bersama menyatakan : Tidak boleh menghilangkan kejahatan dengan kejahatan yang lebih besar dari sebelumnya, akan tetapi wajib menolak kejahatan dengan cara yang dapat menghilangkannya atau meminimumkannya. Adapun menolak kejahatan dengan mendatangkan kejahatan yang lebih parah lagi tentu saja dilarang berdasarkan kesepakatan kaum muslimin.
Apabila kelompok yang ingin menurunkan penguasa yang telah melakukan kekufuran itu memiliki kemampuan dan mampu menggantikannya dengan pemimpin yang Soleh dan baik tanpa menimbulkan kerosakan yang lebih besar terhadap kaum muslimin, maka mereka boleh melakukannya.
Adapun jika pemberontakan tersebut menimbulkan kerosakan yang lebih besar, keamanan menjadi tidak menentu, rakyat banyak teraniaya, terbunuhnya orang-orang yang tidak berhak dibunuh dan kerosakan-kerosakan lainnya, sudah pasti pemberontakan terhadap penguasa hukumnya dilarang. Akan tetapi jika pemberontakan itu dilakukan secara aman tanpa menggunakan senjata, ianya dibenarkan dalam islam.
Dalam situasi sedemikian rakyat dituntut banyak bersabar, patuh dan taat dalam perkara ma’ruf serta senantiasa menasihati penguasa dan mendoakan kebaikan bagi mereka. Serta sungguh-sungguh mengurangkan kejahatan dan menyebar nilai-nilai kebaikan. Itulah sikap sebenar yang wajib ditempuh. Cara seperti itulah yang dapat mendatangkan maslahat bagi segenap kaum muslimin dan cara seperti itu juga dapat mengurangkan kejahatan dan meningkatkan kuantiti kebaikan. Maka, keamanan dapat terpelihara, keselamatan kaum muslimin dapat terjaga dari kejahatan yang lebih besar lagi. 

Menurut rujukan jelas dari kitab Fiqh Jinayat, karya Muhyiuddin Mukhtar menyatakan bahawa tidak dikatakan jenayah pemberontakan kecuali dengan beberapa perkara, antaranya:-

  1. Berkumpulnya jemaah islam yang menentang pemimpin mereka yang mana pemimpinnya tidak taat kepada syarak, erti kata lain yang membawa kepada maksiat. Contohnya seperti tidak menunaikan zakat atau qisas. Maka diwaktu itu rakyat berhak menentang kerajaan itu. Berbalik kepada firman Allah diatas tadi.
  2. Penentangan yang dilakukan atas hak asasi manusia itu sendiri. (Jelas seperti undang-undang yang digubal).
Jika kita lihat Malaysia sekarang, pelbagai spekulasi mengenai BERSIH kononnya ia adalah perhimpunan haram...HARAMKAH??? Apa bukti dan hujjah yang cukup untuk mengatakan perhimpunan BERSIh itu haram?? Dalil dan penjelasan rujukan Nas-nas Al-quran Hadis sudah jelas menyatakan tentang ini, namun segelintir manusia yang jahil hanya mengikut sahaja. 


Dalam undang-undang sendiri yang telah digubal menyatakan :

Perlembagaan dibentuk dengan tujuan berikut iaitu:-
• Mewujudkan satu bentuk pemerintahan yang adil;
Mengelakkan penyalahgunaan kuasa oleh pemerintah;
Mengawal pergerakan kerajaan dan rakyat;
• Alat untuk menyelesaikan masalah;
Menjamin riwayat negara bangsa; dan
Menjamin keamanan dan kestabilan negara.

Perlembagaan Malaysia mengandungi 131 Perkara yang menyentuh pelbagai aspek pemerintahan. Perlembagaan juga mengandungi 16 Bahagian. Bahagian-bahagian tersebut ialah:-


Bahagian II : Kebebasan Asasi
Bahagian ini menyatakan kebebasan-kebebasan asasi yang kita miliki; hak untuk hidup dan kebebasan; kebebasan daripada perhambaan dan menjadi buruh paksaan; kesamarataan di sisi undang-undang; kebebasan bergerak; kebebasan bercakap, berhimpun dan bersekutu; kebebasan agama; hak untuk berpendidikan; dan hak untuk memiliki harta.



Jelas bukan? Jadi, dimanakah letaknya keadilan undang-undang yang digubal oleh mereka sendiri yang menerimapakai sebagai undang-undang negara??


Mungkin anda sendiri bijak menilainya....
Kita memohon taufiq dan hidayah kepada Allah bagi segenap kaum muslimin.
Read More
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...


Pesanan Hari Ini

“Perumpamaan persaudaraan kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang di antara mereka adalah seumpama satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh sakit maka mengakibatkan seluruh tubuh menjadi demam dan tidak bisa tidur.”

(Hadis riwayat Muslim)

“Seorang Muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak menzaliminya, merendahkannya, menyerahkan (kepada musuh) dan tidak menghinakannya.”

(Hadis riwayat Muslim)

“Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan ilmu agama, melihat gerak-gerinya teringat mati.”

by Ahmad AlFateh